Generasi Muda Kian Enggan Jadi PNS, Profesi Digital dan Freelance Makin Diminati
Promedianusantara.com — Fenomena perubahan minat karier di kalangan generasi muda Indonesia semakin terasa dalam beberapa tahun terakhir. Jika dulu profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dianggap sebagai pekerjaan paling stabil dan bergengsi, kini banyak anak muda justru lebih memilih jalur freelance, wirausaha digital, hingga pekerjaan berbasis kreativitas. Perubahan pola pikir ini dipengaruhi perkembangan teknologi, fleksibilitas kerja, serta meningkatnya peluang pendapatan di sektor non-formal.
Berdasarkan data Badan Kepegawaian Negara (BKN), jumlah pendaftar CPNS masih tinggi, namun tren menunjukkan minat generasi muda mulai bergeser. Survei dari beberapa platform karier digital mencatat lebih dari 55 persen responden usia 18–30 tahun menyatakan lebih tertarik bekerja secara remote atau membuka usaha sendiri dibanding menjadi ASN. Mereka menilai profesi digital menawarkan kebebasan waktu, lokasi, serta potensi penghasilan yang tidak terbatas.
Pengamat ketenagakerjaan, Dr. Riko Pratama, menyebut perubahan ini sebagai konsekuensi dari era digital. “Anak muda sekarang tidak hanya mengejar stabilitas, tapi juga aktualisasi diri. Profesi seperti content creator, desainer, programmer freelance, hingga pelaku bisnis online dianggap lebih relevan dengan gaya hidup mereka,” ujarnya. Ia menambahkan, pola karier generasi Z sangat berbeda dengan generasi sebelumnya yang mengutamakan keamanan jangka panjang.
Pendiri salah satu portal berita di Jambi, Ade Irfansyah, S.Kom, juga mengamati hal yang sama di lapangan. Menurutnya, banyak anak muda justru tertarik bekerja di media digital atau membangun platform sendiri. “Mereka melihat perkembangan dunia digital sangat cepat. Buka portal berita, jadi kreator konten, atau jualan online bisa menghasilkan pendapatan lebih besar dalam waktu singkat dibanding menunggu seleksi CPNS,” jelasnya. Ia menambahkan, generasi sekarang lebih berani mengambil risiko dan tidak ingin terikat sistem kerja yang kaku.
Di sisi lain, sebagian generasi muda merasa proses seleksi PNS terlalu panjang dan birokratis. Selain itu, sistem kerja yang kaku dan terbatasnya ruang kreativitas membuat profesi ini kurang menarik bagi mereka. “Banyak dari mereka ingin bekerja dengan fleksibilitas, tidak terikat jam kantor, dan memiliki kesempatan berkembang secara cepat,” kata Dr. Riko.
Meski demikian, pemerintah tetap berupaya menarik minat talenta muda untuk bergabung dalam birokrasi. Reformasi digital, sistem kerja hybrid, hingga penawaran formasi untuk bidang teknologi informasi mulai diterapkan dalam rekrutmen ASN. Pemerintah menilai kehadiran generasi muda penting untuk mendorong inovasi dan modernisasi layanan publik.
Namun, sejumlah pakar mengingatkan bahwa profesi digital dan freelance juga memiliki tantangan tersendiri, seperti ketidakpastian penghasilan, kurangnya jaminan sosial, dan tingginya persaingan. Oleh karena itu, generasi muda perlu dibekali literasi keuangan serta keterampilan adaptif agar tetap mampu bersaing di tengah perubahan lanskap dunia kerja.
Perubahan preferensi karier ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja Indonesia sedang memasuki fase baru. Baik sektor pemerintah maupun swasta perlu bertransformasi agar mampu menarik dan mempertahankan talenta muda. Pada akhirnya, pilihan karier bukan lagi hanya soal status, melainkan keseimbangan antara pendapatan, fleksibilitas, dan makna dalam bekerja. (*)
